Kamis, 07 April 2011

Mesin : kok bisa hidup ???

Mesin atau yang dalam bahasa kulonnya engine bukan machine ya....

di thread ini yang di sebt dengan mesin adalah mesin bensin secara umum...

Kok bisa hidup ya mesin...yuk kita liat komponen komponen mesin yang memiliki hubungan langsung dengan hidupnya sebuah mesin...(dalam hal ini di khususkan pada sistem pengapian)


Pada dasarnya mesin 4 stroke memiliki 4 siklus :
  1. intake
  2. kompresi
  3. Langkah kerja
  4. Langkah buang
Siklus dimulai dari Top Dead Center, dimana piston berada pada titik terjauh dari sumbu kruk as. Pada saat langkah intake piston memulai langkahnya dengan menurun dari TDC sehingga terjadi penurunan tekanan di dalam ruang bakar. Dengan menurunya tekanan di dalam ruang bakar maka campuran BBM dan udara akan terpaksa masuk ke dalam ruang bakar tersebut melalui saluran intake. Setelah itu Klep intake akan menutup dan Langkah kompresi mulai mengkompress campuran BBM dan udara yang ada di ruang bakar tadi. Kemudian setelah hampir mencapai titik akhir dari langkah kompresi, busi akan memercikkan apinya sehingga campuran bbm dan udara yang telah terkompresi tadi terbakar. Karena dalam tekanan tinggi maka hasil pembakaran akan menghasilkan ledakan, tenaga dari ledakkan tersebut digunakan pada langkah kerja . Setelah itu dengan bantuan Fly wheel akan dilakukan langkah buang yaitu membuang sisa hasil pembakaran dari ruang bakar melalui klep exhaust.
Disini kita akan bahas Sistem pengapiannya sehingga busi bisa memercikan api yang cukup besar untuk membakar campuran bbm dan udara di dalam ruang kompresi.....
Parts yang berhubungan dengan ini antara lain :
  1. Koil
  2. Platina
  3. kondensor
  4. delco
  5. Busi

Pengapian Konvensional

Pengapian konvensional ditandai dengan digunakannya platina sebagai trigger atau pemantik.
Secara sederhana skematik diagramnya adalah seperti di bawah ini :


Pengapian di mulai ketika

Mesin : kok bisa hidup ???

Mesin atau yang dalam bahasa kulonnya engine bukan machine ya....
di thread ini yang di sebt dengan mesin adalah mesin bensin secara umum...

Kok bisa hidup ya mesin...yuk kita liat komponen komponen mesin yang memiliki hubungan langsung dengan hidupnya sebuah mesin...(dalam hal ini di khususkan pada sistem pengapian)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a6/4-Stroke-Engine.gif
Pada dasarnya mesin 4 stroke memiliki 4 siklus :

intake
kompresi
Langkah kerja
Langkah buang

Siklus dimulai dari Top Dead Center, dimana piston berada pada titik terjauh dari sumbu kruk as. Pada saat langkah intake piston memulai langkahnya dengan menurun dari TDC sehingga terjadi penurunan tekanan di dalam ruang bakar. Dengan menurunya tekanan di dalam ruang bakar maka campuran BBM dan udara akan terpaksa masuk ke dalam ruang bakar tersebut melalui saluran intake. Setelah itu Klep intake akan menutup dan Langkah kompresi mulai mengkompress campuran BBM dan udara yang ada di ruang bakar tadi. Kemudian setelah hampir mencapai titik akhir dari langkah kompresi, busi akan memercikkan apinya sehingga campuran bbm dan udara yang telah terkompresi tadi terbakar. Karena dalam tekanan tinggi maka hasil pembakaran akan menghasilkan ledakan, tenaga dari ledakkan tersebut digunakan pada langkah kerja . Setelah itu dengan bantuan Fly wheel akan dilakukan langkah buang yaitu membuang sisa hasil pembakaran dari ruang bakar melalui klep exhaust.
Disini kita akan bahas Sistem pengapiannya sehingga busi bisa memercikan api yang cukup besar untuk membakar campuran bbm dan udara di dalam ruang kompresi.....
Parts yang berhubungan dengan ini antara lain :

Koil
Platina
kondensor
delco
Busi

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Motor pembakaran dalam menghasilkan tenaga dengan jalan membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Pada motor bensin, loncatan bunga api pada busi diperlukan untuk menyalakan campuran udara bahan bakar yang telah dikompresikan oleh torak didalam silander. Karena pada motor bensin proses pembakaran dimulai oleh loncatan api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh busi, beberapa metode diperlukan untuk menghasilkan arus tegangan tinggi diperlukan.

Tujuan penggunaan system pengapian pada kendaraan adalah:
Menyediakan percikan bunga api bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara/bahan bakar di dalam ruang bakar engine.
Mengatur saat pengapian untuk mendapatkan unjuk kerja terbaik dari engine pada seluruh kondisi kerja engine.
Fungsi sistem pengapian pada automobil adalah untuk menaikkan tegangan baterai menjadi 10 KV atau lebih dengan mempergunakan ignition coil dan kemudian membagi-bagikan tegangan tinggi tersebut ke masing-masing busi melalui distributor dan kabel tegangan tinggi. Tipe sistem pengapian baterai ini dipergunakan pada seluruh motor bensin untuk mobil modern.

FUNGSI BAGIAN-BAGIAN KOMPONEN
1.Baterai
Berfungsi untuk menyediakan arus listrik tegangan rendah untuk ignition coil.
Tegangan batere kendaraan biasanya 12 atau 24 volt, nilai yang terlalu rendah untuk dapat menghasilkan percikan bunga api pada celah busi di dalam silinder yang bertekanan.

2.lginition Coil
Menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
Ignition coil berfungsi merubah arus listrik 12V yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi (10 KV atau lebih) untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi.
Konstruksi
Inti besi yang dikelilingi oleh kumparan, terbuat dari baja silikon tipis yang digulung ketat.
Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat antara lapisan kumparan yang berdekatan,antara lapisan satu dg lapisan yang lain disekat dg kertas yang mempunyai tahanan sekat yg tinggi.
Seluruh ruangan kosong didalam tabung kumparan diisi dg minyak untuk menmbah daya tahan terhadap panas.
Salah satu ujung dari kumparan primer dihubungkan dg terminal negatif primer, sedangkan ujung yang lain dihubungkan dg terminal positif primer. Kumparan sekunder dihubungkan dg cara serupa, dimana salah ujungnya dihubungkan dg kumparan primer lewat terminal positif primer sedangkan ujung yang lain dihubungkan dg terminal tegangan tinggi melalui sebuah pegas. Kedua kumparan digulung dg arah yang sama, dg kumparan primer berada pada bagian luar.

3.Distributor
Fungsi distributor dapat dibagi dalam 4 bagian :
Bagian pemutus

IG BOOSTER 140/250

Mobil anda masih memakai pengapian sistem platina konvensional ? Apakah anda pernah mengalami kendaraan mogok, brebet atau nyendal-nyendal karena gangguan platina atau kondensor ?
Semakin maraknya platina dan kondensor imitasi di pasaran akhir-akhir ini telah banyak membuat pemakai ataupun mekanik mobil frustrasi. Seringkali produk imitasi tersebut sulit sekali dibedakan fisiknya dan baru bisa diketahui setelah dipasangkan di kendaraan.
Setelah dipasangkan, tentu saja kita tidak bisa mengembalikannya bukan? Karena toko kebanyakan mengajukan pernyataan "Barang listrik/stroom tidak bisa dikembalikan". Itu berarti kita telah dirugikan. Seringkali kasus ini terjadi hanya beberapa puluh atau ratus kilometer saja setelah kita ganti platina atau kondensor baru (dengan kata lain platina dan kondensor tersebut hanya tahan beberapa puluh atau ratus kilometer saja).

Mengapa tidak langsung diganti dengan CDI saja ? Secara teknis memang akan lebih baik, tetapi CDI selain harganya mahal, pada umumnya juga terpasang di dalam unit distributor (delco). Pada disain mobil tertentu, posisi delko sangat rendah sehingga mudah kena percikan air dari jalan. Banyak yang khawatir unit CDI akan habis sekali pakai saja kalau kena libas air. Kalau pakai platina, meskipun mogok, tinggal diminggirkan, dikeringkan platinanya, langsung oke jalan lagi.
Platina menerima beban arus yang kuat (+/- 5 s/d 10 Ampere dengan tegangan 12-13 volt sehingga konsumsinya kurang lebih 60 s/d 130 Watt) sehingga :
  • Titik kontaknya saat membuka dan menutup akan mengeluarkan busur api (walaupun kecil karena diredam oleh kondensor) sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan mengalami keausan (+/- 3000km).
  • Busur api saat membuka dan menutupnya platina akan menjadi lebih besar apabila kondisi kondensor memburuk, bahkan pada kondisi tertentu akan sangat besar saat kondensor gagal menjalankan fungsinya sehingga tegangan induksi yang dihasilkan oleh koil akan sangat kecil (tidak ada percikan api dari lilitan sekunder koil). Ini berarti bahwa mesin akan gagal dihidupkan.
  • Apabila kondensor mengalami korsluiting (short) internal maka sistem pengapian akan langsung gagal.

  • Apabila kualitas kondensor yang dipakai tidak baik (sulit membedakan yang baik maupun yang imitasi di pasaran), maka pengapian akan menjadi tidak normal sehingga mesin bergetar, tidak langsam putarannya dan bahkan pada titik tertentu bisa menimbulkan bunyi abnormal sehingga seringkali disalah-artikan sebagai kerusakan mesin dan akhirnya mesin yang tidak salah akan dikambinghitamkan dan diturunkan.
Di sini titik permasalahnnya adalah pada beban yang dialami oleh platina sehingga platina akan mudah mengalami keausan.
Kalau kita masih ingin tetap menggunakan platina atau ingin modifikasi ke pangapian transistor tetapi hanya ada modal kecil, bagaimana bila platina hanya kita dibebani arus 0,0002 Ampere saja ? Dengan tengangan 12 sampai 13 volt ia akan menerima beban hanya 0,0024 s/d 0,0026 watt? Jawabannya tentu saja titik kontaknya akan jauh lebih awet. Karena beban yang sangat kecil maka tidak akan ada busur api disaat platina membukan dan menutup. Karena tida adak busur api, maka kondensor menjadi tidak diperlukan lagi. Bagaimana cara kita mewujudkan gagasan ini?
Dengan memindahkan beban platina yang sebelumnya 60 s/d 130 Watt ke sebuah semikonduktor (Power Transistor) maka beban platina akan dialihkan hanya untuk memicu atau mentriger sebuah basis dari transistor penerima sinyal sebesar beberapa miliwatt saja. Selain itu semikonduktor mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan platina konvensional, yaitu:
  • Sangat cepat dan akurat, semakin cepat berarti semakin tinggi voltase yang dihasilkan oleh koil sehingga percikan api di busi akan lebih besar dan biru.
  • Tahan panas dan getaran
  • Tidak mengalami keausan karena tidak ada busur api dan gerakan secara mekanis.
  • Jauh lebih bisa diandalkan ketahannya dan realibilitasnya dibandingkan dengan benda mekanis.
  • Bisa dipasangkan di posisi mana didalam kendaraan (jauh dari jangkauan banjir).
Tentu saja anda tidak perlu repot-repot merancang sistem tersebut, itu adalah kewajiban kami melayani anda. Hanya dengan biaya Rp. 150.000,- untuk tipe IG BOOSTER 140 atau Rp. 300.000,- untuk tipe IG BOOSTER 250, kami akan datang memasangkannya untuk anda. (Tidak ada yang kami rubah dengan sistem platina yang lama, bahkan anda dapat dengan mudah mengembalikannya ke sistem yang lama).

Hubungi kami AHS 031-8052426 / 081553633955

MOBIL ANDA SUDAH MEMPERGUNAKAN SWITCHING TRANSISTOR?



Meng-upgrade koil dari OEM ke koil kompetisi akan membahayakan sirkuit anda, terutama bila modul pengapian terintegrasi dengan sistem komputer. Dengan menggunakan produk upgrade, sinyal pulse dari ground dari unit pengapian transistor lama anda akan dipinjam sebesar seperseratus miliampere saja untuk menghidupkan unit baru dengan rating yang jauh lebih besar. Tidak ada yang perlu dirubah dari sistem perkabelan mobil anda. Hanya penambahan unit yang tidak membahayakan seperti halnya kita menambahkan relay untuk lampu saja. Bukankah tanpa relay baru kabel anda akan leleh bila anda menaikkan daya lampu lima kali lipat?

UPGRADE KE CDI

Unit module CDI terdiri dari DC to DC converter dengan rating tegangan 300-1.000 Volts dan unit input sensor dan pembangkit pulse 300-1.000 volt DC ke koil kutup positif. Input dari unit ini adalah pulse ground dari platina atau unit modul pengapian induksi anda yang lama. Output dari gulungan sekunder koil akan mencapai 100.000 volt atau lebih. Anda memerlukan koil, busi, kabel busi, dan distributor cap khusus untuk sistem pengapian ini. Let’s go race. Never melting the old stock spark plug!!

UPGRADE KE TRANSISTORIZED IGNITION

Upgrade dari sistem pengapian induksi dengan sistem platina + kondensor konvensional dapat diupgrade ke sistem switching transistor. Platina masih digunakan hanya sebagai pentrigger basis dari salah satu transistor kecil pembangkit sinyal dengan konsumsi arus dalam ukuran seperseratus miliampere. Switching kemudian akan dialihkan ke sebuah transistor power dengan rating absolute 10A/800 volt. Dengan sistem ini platina tidak akan mendapatkan stress dan panas pada titik kontaknya. Selama pegas dan lapisan cam ebonit platina tidak patah, maka platina akan tetap dapat digunakan terus. Switching dengan semikonduktor juga akan berlangsung lebih cepat daripada oleh fisik titik kontak platina, oleh karenanya pada rpm tinggi, tegangan back EMF juga akan lebih tinggi dan pada gilirannya tegangan di gulungan sekunder koil juga akan lebih tinggi.

Jika anda ingin mempergunakan koil tipe kompetisi dengan masih tetap menggunakan sistem induksi, maka koil anda perlu suplai arus yang lebih besar. Platina hanya mampu menyalurkan maksimum 5 amper tanpa harus hangus terbakar. Untuk pilihan ini, anda memerlukan switching semikonduktor dengan rating 25A/1100V.

SALAH ASUMSI TENTANG CDI

Mobil anda ternyata tidak menggunakan CDI?

Jangan terkejut apabila mobil BMW anda masih menggunakan sistem pengapian induksi. Banyak terjadi kesalahan asumsi di masyarakat tentang CDI (Capasitive Discharge Ignition). Sistem pengapian yang tidak menggunakan platina oleh masyarakat umum diistilahkan dengan CDI padahal belum tentu demikian. Selama koil masih dipergunakan dalam fungsinya sebagai induktor, maka sistem pengapian tetap masih sistem induksi, terlepas apakah switching powernya menggunakan switch mekanik seperti platina atau oleh perangkat elektronik/semikonduktor bahkan computerized sekalipun.

Beberapa perusahaan otomotif justru memanfaatkan kesalahahkaprahan ini dalam kampanye produk mereka. Mereka menempelkan logo CDI pada mobil mereka padahal mereka menerapkan sistem pengapian induksi dengan switching transistor (transistorized ignition).

Pada umumnya sistem induksi inilah yang kebanyakan dipergunakan, oleh mobil dengan teknologi injeksi elektronik sekalipun. Untuk mengetahui apakah sistem mobil anda menggunakan CDI atau Induksi koil, silahkan test pada kutup positif dari koil anda disaat kontak pada posisi on. Bila ada arus 12V, maka dipastikan mobil anda menggunakan sistem induksi. Sistem CDI menerapkan tegangan 300-1000 volt pada kutup positif dari koil dan hanya ada disaat mesin hidup dalam bentuk pulse.

Mengapa harus CDI?

Dalam sistem CDI, power disimpan dalam suatu rangkaian kapasitor dan kemudian dilepaskan ke kutup positif dari koil dalam bentuk tegangan tinggi +/- 300-1000 volt DC. Posisi kutup negatif dari koil selalu tersambung dengan ground atau massa. Dengan aliran tegangan 300-1000 volt, maka koil akan berfungsi sebagai trafo step-up. Dengan rasio 1:100, maka tegangan di kutup sekundernya mencapai 30.000-100.000 volt. Dengan tegangan setinggi itu, maka diperlukan kabel busi khusus, busi khusus dan distributor cap & rotor khusus. Tegangan diatas 100.000 volt akan membuat "busi biasa" anda leleh elektrodanya.

Pada sepeda motor dengan sistem magneto, menciptakan tegangan 300 volt DC adalah hal mudah karena tegangan tersebut disuplai oleh generator. Tegangan dalam hal ini tidak lebih dari jumlah lilitan atau gulungan pada generatornya saja. Namun pada mobil dengan sistem power battery, tidaklah mudah mendapatkan 300–1000 volt DC. Diperlukan konverter DC to DC untuk mendapatkan tegangan tersebut. Unit ini tentu saja berfisik besar dan mahal, oleh karenanya hanya mobil-mobil tertentu saja yang menerapkannya. Pada prinsipnya, dengan sistem induksi saja, sudah didapatkan voltase cukup untuk pengapian, mengapa harus pakai CDI yang berlebih seperti itu? Dan lagi sistem CDI sangat berbahaya bila sirkuitnya tersentuh disaat beroperasi. Namun bukankah manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas dengan apa yang didapatkannya? CDI adalah salah satu pilihan untuk pembalap.

TRANSISTOR SWITCHING

Trigger Platina

Dengan memindahkan switching platina sebesar 5 ampere ke sebuah semikonduktor (Power Transistor) maka beban platina akan dialihkan hanya untuk memicu atau mentriger sebuah basis dari transistor penerima sinyal sebesar beberapa miliwatt saja. Selain itu semikonduktor mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan platina konvensional, yaitu:

Sangat cepat dan akurat, semakin cepat berarti semakin tinggi voltase yang dihasilkan oleh koil sehingga percikan api di busi akan lebih besar dan biru.
Tahan panas dan getaran
Tidak mengalami keausan karena tidak ada busur api dan gerakan secara mekanis.
Jauh lebih bisa diandalkan ketahannya dan realibilitasnya dibandingkan dengan benda mekanis.
Bisa dipasangkan di posisi mana saja didalam kendaraan (jauh dari jangkauan banjir).
Tidak diperlukan lagi kondensor 12V DC 0,22-0,27 uF yang pada umumnya merupakan komponen fast moving dan sering membuat masalah.
Trigger dengan Magnetic Pickup atau pulser

Kelebihan dari sistem ini adalah tidak adanya kontak fisik dari pemberi sinyal, oleh karenanya tingkat keawetannya juga lebih tinggi.

DWELL

Sistem pengapian konvensional dipengaruhi oleh dwell angle. Dwell time merupakan waktu di saat platina menutup untuk mengisi arus (charging) koil. Dwell angle atau sudut dwell merupakan nilai derajad sudut putaran poros engkol atau crankshaft disaat platina masih pada posisi tertutup. Jika dwell angle ini terlalu kecil, maka koil tidak cukup waktu untuk pengisiannya di rpm tinggi. Sebaliknya jika dwell angle terlalu besar, maka koil bisa tidak terbuka sama sekali atau platina tidak bisa cukup terbuka dalam jarak yang memungkinkan koil untuk kolaps (secara tidak langsung terkait dengan "voltage rise time") Voltage rise time untuk pengapian konvensional adalah sekitar 80 microseconds, 125 untuk TCI dan sekitar 6 untuk CDI. Sudut dwell membatasi kemampuan platina untuk menyalurkan daya besar pada rpm tinggi. Oleh karenanya tim pembalap mengakalinya dengan menggunakan sistem platina ganda untuk meng-overlap dwell time tersebut.

Kekurangan dari sistem pengapian konvensional adalah :

Platina mengalami keatusan dan korosi mengakibatkan buruknya arus yang mengalir.
Platina membatasi besar arus yang mengalir ke koil.
Sudut dwell dari platina membatasi daya yang besar (membatasi waktu untuk recharge koil)
Platina mulai mengambang dan membatasi rpm.

KOIL INDUKTOR PENGAPIAN

Dalam sebuah koil pengapian terdapat dua buah gulungan pada sebuah inti besi. Satu gulungan yang berada di sisi luar merupakan gulungan primer, dan satu lilitan lagi yang jauh lebih kecil diameternya dan lebih banyak jumlahnya berada pada sisi dalam dan dinamakan lilitan sekunder. Rasio jumlah lilitan primer dan sekunder pada umumnya 1:100.



Koil dirancang untuk dialiri tegangan 12 volt pada gulungan primernya. Saat arus mengalir akan terjadi medan magnet yang kuat (digandakan oleh iti besi) yang juga akan mengelilingi gulungan sekunder. Koil selanjutnya akan menyimpan medan magnet yang besar (flux). Ketika arus yang mengalir pada gulungan primer diputuskan, maka flux atau medan magnet yang berada didalam koil akan kolaps dan mengakibatkan arus "back EMF (electro motive force)" pada gulungan primer dengan tegangan 200-300 volts.

Ketika koil mengalami kolaps, perubahan medan magnetik yang cepat ini juga ditransfer ke gulungan sekunder dalam bentuk arus listrik. Karena gulungan sekunder jumlahnya 100 kali lilitan primer, maka pada saat terjadi back EMF, tegangan pada gulungan sekunder sama dengan 200-300 volt dikalikan dengan 100, yaitu 20.000 – 30.000 volt.


Tegangan tinggi ini tentu saja akan